Senin, 05 September 2011

Cerita saya


Sudah 4 bulan ini aku sendiri. Sudah 4 bulan? mungkin harus digaris bawahi dulu. Yah 4 bulan aku sendiri, mungkin ini terlihat singkat. Namun taukah, setiap detik yang aku lewati itu seperti seharian aku berusaha melupakan semua masa pahit yang sempat singgah dalam hidupku. Bukan karena mantan pacarku yang baru, bukan…dia baik kok, tapi memang aku tak bisa memaksakan diri untuk melanjutkannya. Namaku muslimah. Aku orang jawa tulen, (walau sebenarnya produk kota papua sana) dengan kulit yang lumayan kuning mungkin karena waktu masih bayi dulu mama selalu memandikan ku dengan air kunyit. Rambutku hitam lurus, tapi karena sesuatu aku cat warna coklat untuk menyamai seseorang. Ternyata memang tidak bisa. Dan sekarang aku memilih menutupinya dengan jilbab, Alhamdulillah… postur tubuhku cukup tinggi lah, terbukti aku adalah purnawirawan paskibraka walau Cuma tingkat sekolah. Hehehe. Ada beberapa orang yang bilang aku cantik, ada yang bilang imut pula. Tapi tidak jarang orang menilaiku biasa saja. Yang pasti aku menyimpulkan, aku tidak jelek jelek amat lah ya. Kehidupanku dinamis, aku berusaha mencari teman sebanyak banyaknya dan  melakukan kegiatan seharihari yaitu belajar, membantu orangtua dan bermain serta ikut beberapa kegiatan semampuku. Beberapa kali pacaran, namun gak pernah lebih dari 4 bulan. Astaga, bukannya aku playgirl seperti pikiran orang hanya saja sering merasa jenuh dan seringkali hanya ingin main main.
Suatu hari ada seorang sahabatku mengenalkan aku kepada seorang cowok. Dia cukup tampan, tinggi, rambutnya lurus namun sedikit jerawatan. Mungkin saat itu dia sedang mengalami pubertas, atau kalo tidak dia suka makan kacang dan gorengan ah apalah sebabnya aku kurang paham. Dan benar aku pun jatuh cinta kepadanya.. Oh rasanya luar biasa. Tiap waktu rasanya ingin selalu mengirim sebait puisi romantis. Mulai dari ujung rambut hingga kuku jempol kakinya mungkin tak luput jadi objek puisi cintaku. Bukannya aku pandai menggombal, tapi naluri orang jatuh cinta emang selalu begitu, imajinasiku pun melambung tinggi sampai ke luar angkasa sana ketemu bulan, matahari, planet merkurius hingga pluto, meteor…… heboh sekali. Apapun terasa indah, selembar daun layu pun terlihat seperti emas, ranting dan pohon gersang terlihat seperti pohon sakura, nilai 49 pun terasa seperti mendapat nilai 94 dan bahkan seonggok eek kambingpun terlihat seberti butir coklat yang bertaburan dimana mana. Oh iya, jamu daun papaya terasa manis pula kalau sambil melihat wajahnya…lalalaa…..semua serba berlebihan rasanya. Waktu itu ku pahami dialah cinta pertamaku. Memang benar dia pun menyayangiku (dulu), mengajari banyak hal, mengenalkanku kepada tempat-tempat gahul yang sama sekali belum pernah aku datangi. Mengajakku jalan-jalan ke sebuah mall di kota, ke tempat yang biasanya didatangi orang pacaran. Dia pun mengajariku bahasa inggris saat aku sedang duduk dan ujian di tempat kursusku. Kok bisa? Bisa dong….witing tresno jalaran saka kulino ah ga nyambung tau. Intinya banyak waktu dan suasana ku lewati dengannya. Aku menempatkan cintaku nomer 1. Aku menyayanginya lebih dari diriku sendiri. Ketika dia sedih aku memaki maki diriku, memohon sambil bersumpah sumpah ketika aku meminta maaf atas kesalahan yang tak sengaja ku buat. Ah cinta ku sungguh menggila……. Sebenarnya tak singkat waktu ku bersamanya hampir 3 tahun,
Hingga pada suatu hari dia sama sekali tak lagi menghiraukan jeritanku..tangisku,, dia tak menoleh sedikitpun kepadaku meski itu untuk yang terakhirnya..Oh Tuhan, aku seperti sedang di hempaskan tinggi dari langit hingga tembus ke dasar bumi. Perasaan yang dulu menggebu itu sperti loncat dari jetcoaster dan lupa membawa parasut. Lalu diinjak injak oleh sekawanan zombie besar nan jelek. Tulangku terasa remuk dan patah. Hatiku seperti sedang dicabik-cabik serigala. Jantungku seperti sedang dipompa dan distrum, layaknya orang yang sedang sekarat. Memang benar aku sekarat. Aku terluka dan luka itu sangat dalam. Panas tubuhku meningkat. Mataku nanar. Tapi untunglah aku tak jadi pingsan, aku hanya jatuh sakit selama dua hari. Mataku membengkak dan menghitam karena terlalu berlebihan tangis yang ku tumpahkan. Aku pun hanya dapat melihat dia berjalan jauh, membelakangiku dan menggandeng tangan seorang gadis yang ditemuinya disana… Rasanya seperti dia melompat meninggalkanku tiba tiba ketika sedang bermain jungkit jungkitan di depan Tk.
Sejak saat itu, cinta bagaikan memakan buah strawberry yang manis namun setelah itu dipaksa menelan pil pahit sebesar tongkol jagung. Semua terasa memuakan dan membuat perut menjadi mulas. Cinta hanya seperti seonggok eek yang bauk dan menyepetkan mata. Kaku dan mati rasa. Oh aku hanya berharap aku masih bisa menyukai seorang cowok suatu saat nanti. Perlahan aku mulai membangun hidup dengan fondasi yang seadanya saja, semampuku. Beberapa kali memang runtuh, karena bayang bayangnya masih sering berkeliaran bebas disekitarku dan tak ku kuasai mantra pengusirnya. Aku berusaha ikhlas dan memaafkan, itupun juga semampuku. Karena tak ada yang dapat memotivasiku untuk meninggalkan masa lalu itu. Oh tuhan, aku tak lupa meminta untuk Kau mudahkan. Umurku sebentar lagi 19 tahun. Aku masih seperti yang dulu. Energik, lucu, dan tidak sombong. Yang lebih membedakan hanyalah aku menjadi sedikit lebih preman dan tomboy. Kaku dan konservatif. Sedikit lebih jijik dengan cowok romantic pula. Pemikiranku masih terus berkembang, namun masih sebatas ikhlas dan jalani apa yang tersisa saja. Yah…masih kujalani semuanya sebisaku……
Hingga pada suatu hari, aku bertemu dengan seseorang yang pernah kucoba tuk kulupakan. Orang yang bukan enggan untuk ku sapa, hanya saja aku segan. Aku tak tau, hari itu tiba tiba suaraku menjadi sedikit lebih merdu. Nilai ku 85 untuk lagu ‘’Andaikan kau datang kembali’’ dari Ruth Sahanaya saat bernostalgia dengan teman lama SMA. Mendadak jaim dan malu tanpa sebab. Beberapa kali pula aku bersembunyi dibelakang punggung temanku untuk menghindari pandangan atau pura pura menjadi feminim saat lagu dangdut berkumandang. Padahal sejujurnya aku sangat ingin ikut bergoyang bersama mereka..aaaahh,,
Entah karena masih ada sisa sisa akar rasa yang dulu memang tak bisa sama sama dipungkiri atau karena keadaan, pelan pelan rasa yang sempat tertinggal (judul lagu dong) membara kembali. Bukan aku atau dia yang menyulutkan apinya, tapi kalau diumpamakan seperti suatu waktu ketika sepercik api diciptakan dan diketemukan dibumi lalu membakar apa aja yang ada, nah kebetulan kan. Saling menyempatkan diri untuk bertukar cerita lewat ponsel awalnya.  Layar ponselku terasa tak hanya berwarna putih, terkadang berwarna merah jambu, biru dongker, jingga, ungu, kuning dan merah hati yang menjadi warna favoritku. Sebait pesannya mampu membuatku tergelak dan meringis. Suatu saat akhirnya kami memberikan waktu untuk saling berjumpa. Namun bukan waktu layaknya seorang kekasih yang saling merindu. Kami hanya saling mengisi dan menemani. Sejak itu kusadari, dia tlah lebih dewasa kini. Terlihat lebih dewasa dari umur dan wajahnya yang masih sama seperti dulu. Dalam setiap perbincangan kami, selalu ada relasi untuk berdiskusi. Selain itu ada rasa lucu yang menggelitik setiap bersamanya. Bukan karena dia humoris, menurutku enggak dia malah terlihat kemayu dan cerewet. Beberapa kali air liurnya sampai muncrat saking seringnya dia ngomong. Namun anehnya, tiap kalimatnya memiliki bobot yang jangan diragukan. Aku sampai tercengang mendengarnya. Aku lupa kapan terahir aku tertawa keras keras seperti ini, membuat perutku mulas dan cepat lapar saat bersamanya.
Dia datang mengisi hidupku lagi, dia seperti membawa bepuluh puluh tabung oksigen dan membawakan cat yang berwarna warni untuk mewarnai hari-hariku lagi. Tak lagi kelabu dan kusut. Dia pula yang membantuku membangun pondasi hatiku yang memang masih rapuh, mengajari dan memotivasi ku untuk lebih ikhlas dan lebih yakin, kini ga boleh sebisaku lagi. Namun harus bisa! aku harus melihat masa depanku dan memperjuangkannya semaksimal mungkin, memperbaiki nilai C dalam KHS ku, tak menyusahkan orangtua walau diri sendeiri harus sakit hati, berusaha selalu belajar dan lebih berkembang. Terlintas, hidup bersamanya seperti memiliki investasi sendiri. Dapat selalu bersamanya membuat hidupku tak lagi merasa teraniaya. Suatu saat, dia pun membongkar rahasianya selama 3 tahun ini. Aku tercengang dan melongo seperti kerbau bingung karena tersesat. Dia orang yang implicit (bener ga ya) dan tidak dapat merangkai kata kata indah. Dengan manisnya dia tutup semua cerita yang pernah jadi rahasianya dengan kata kata fantastis ‘’Aku sayang kamu’’ . Aku ingin tersenyum lebar sebelum akan semaput karena mendengar kata fantastis itu itu. Rasanya banyak sekali daging sapi segar yang menari nari indah di depanku, membuat air liurku membanjir dan menyuruhku untuk segera melahap habis. Semua indah, aku sungguh ingin menari nari dan bergulung gulung bebas. Tak terasa azan magrib berkumandang, sejenak ku sadari ada sesuatu yang tak sejalan. Azan magrib itu tak memanggilnya! Aku tak dapat menjadikannya imam dalam sholatku. Ia adalah seorang kristiani yang taat beribadah, sedangkan aku seorang wanita muslim yang berjilbab. Ada yang bergetar dalam batinku, dan ini merangsang air mataku untuk pecah. Dengan sekuat hati, kucoba untuk menahannya. Ya Tuhan, ternyata kami berbeda. Perbedaan ini nampak terlihat mencolok, lebih mencolok dari beruntai untai kalung emas dan permata yang dipakai seorang ibu ibu kaya hendak arisan. Melihatnya membuatku sakit, membayangkan jalan yang kami tempuh berbeda. Merasakan ada tembok tebal yang melintang dan benar benar tak dapat untuk dihancurkan. Lampu disekitarku mulai terasa meredup, hawa aneh benar benar terasa saat itu. Aku ingin sekali memeluknya sesaat namun tak dapat ku lakukan. Kami memahami perbedaan yang ada. Akhirnya disepakati, hari itu bukanlah hari jadian dalam kamus populer sekarang. Namun, hanya menjadi momen saling mengungkapkan perasaan. Tak lebih kan ?
Aku masih sendiri…
Aku menikmatinya dalam setiap keadaanku,, dalam setiap perih dan tawa. Namun aku tak merasakan sendiri. Walau sebaris, kata-kata nya bagai multivitamin. Menurutku dia sangat eksploratif, dia pandai menggali topic dalam sudut pandangnya sendiri dan aku kagum. Aku berharap, aku masih dapat terus membangun fondasiku dan dia dapat mendorongku. Dia dapat menciptakan dan memainkan lagu indah dan aku bisa berdendang dengannya. Aku dapat begitu inspiratif baginya sehingga dia tak akan mati gaya. Dia dapat begitu lucu untukku sehingga aku dapat tertawa terbahak-bahak. Semua ini tak pernah di sengaja. Semua bisa begitu saja terjadi tanpa rekayasa. Terkadang perbedaan menjadi hal yang menyakitkan, karena harus dapat menahan ego dan nafsu yang bersumber justru dari diri sendiri. Ada yang bilang dengan perbedaan, hidup akan terasa lebih bermakna karena dapat saling melengkapi. Tapi perbedaan yang satu ini, adalah menyakitkan. Aku tau tak ada perbedaan yang tak dapat di satukan, hanya saja butuh sebuah pengorbanan yang besar dan entah belum terbayangkan olehku.
Biarlah waktu yang menjawab, dan aku benar benar tau Tuhan punya banyak rencana. Aku tak benci dengan perbedaan, namun aku tetap berharap jangan lagi ditemui perbedaan seperti ini. Mungkin kisah ini hanya untu disimpan. Biarlah, aku korbankan cinta ini karena aku lebih mencintai Mu, ya Robbi…….